Selasa, 26 Juni 2012 | By: Vee_rAyA

Askeb Atonia uteri


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1            Latar Belakang
Latar Belakang Perdarahan merupakan penyebab kematian nomor satu (40 - 60%) kematian ibumelahirkan di Indonesia. Insiden pendarahan akibat persalinan salah satunya disebabkan olehatonia uteri. Perdarahan postpartum adalah sebab penting kematian ibu ; ¼ dari kematian ibuyang disebabkan oleh perdarahan (perdarahan postpartum, atonia uteri, plasenta previa,solution plasenta, kehamilan ektopik, abortus dan ruptura uteri) disebabkan oleh perdarahanpostpartum. Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%),dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi peripartum. Kontraksiuterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan.Atonia uteri terjadi karena kegagalan mekanisme ini. Indonesia tercatat sebagai negaradengan angka kematian maternal yang masihtinggi. Selain faktor kemiskinan dan masalah aksesiblitas penanganan kelahiran, 75%hingga 85% kematian maternal disebabkan obstetri langsung, terutama akibat perdarahan. Padahal 90% dari kematian itu bisa dihindari. Walau kebanyakan ibusudah memeriksakan kehamilannya di pusat pelayanan kesehatan secara teratur, namun70% persalinan masih terjadi dirumah. Masalahnya, sangat sedikit pihak yangmengetahui diagnosis dan pengelolaan perdarahan akibat keadaan darurat ini.Jika saja hal ini bisa dilakukan, bukan mustahil angka kematian ibu dapat ditekan.
Frekuensi perdarahan postpartum 4/5 – 15% dari seluruh persalinan. Bedasarkanpenyebabnya: 1. Atoni uteri (50 – 60%). 2. Retensio plasenta (16 – 17%). 3. Sisa plasenta (23 – 24%). 4. Laserasi jalan lahir (4 – 5%). Oleh karena itu, sebagai bidan penulis cukup prihatin terhadap masalah ini, sehinggaperlu dibahas dan dicarikan solusi yang tepat dalam menangani kasus atonia uteri ini.

1.2            Rumusan Masalah
    a)      Apa pengertian dari atonia uteri?
    b)      Penyebab apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya atonia uteri?
c)      Apa saja tanda dan gejala atonia uteri?
d)     Bagaimana patofiologi dari atonia uter?
e)      Komplikasi apa saja yang dapet terjadi pada atonia uteri?
f)       Bagaimana konsep kebidanan pada atonia uteri?

1.3            Tujuan
1.3.1  Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang atonia uteri dan penatalaksanaan dari atonia uteri
1.3.2  Tujuan Khusus
a. Untuk memahami pengertian atonia uteri
b.Untuk mengetahui penyebab dari atonia uteri
c. Untuk mengetahui tanda dan gejala atonia uteri
d.      Untuk mengetahui dan memahami atonia uteri
e. Umtuk mengetahui komplikasi dari atonia uteri
f. Untuk memahami cara membuat asuhan atonia uteri



BAB 2
PEMBAHASAN

2.1            Pengertian
Atonia Uteri adalah suatu kondisi dimana Myometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali. (Apri, 2007).
Atonia uteria (relaksasi otot uterus) adalah Uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir). (JNPKR, Asuhan Persalinan Normal, Depkes Jakarta ; 2002).
Atonia Uteri didefinisikan sebagai suatu kondisi kegagalan uterus dalam berkontraksi dengan baik setelah persalinan, sedangkan atonia uteri juga didefinisikan sebagai tidak adanya kontraksi uterus segera setelah plasenta lahir.
Sebagian besar perdarahan pada masa nifas (75-80%) adalah akibat adanya atonia uteri. Sebagaimana kita ketahui bahwa aliran darah uteroplasenta selama masa kehamilan adalah 500-800 ml/menit, sehingga bisa kita bayangkan ketika uterus itu tidak berkontraksi selama beberapa menit saja, maka akan menyebabkan kehilangan darah yang sangat banyak. Sedangkan volume darah manusia hanya berkisar 5-6 liter saja.

2.2            Etiologi
Dalam kasus atonia uteri penyebabnya belum diketahui dengan pasti. Namun demikian ada beberapa faktor predisposisi yang biasa dikenal. Antara lain:
a)    Distensi rahim yang berlebihan
Penyebab distensi uterus yang berlebihan antara lain:
a.       kehamilan ganda
b.      poli hidramnion
c.       makrosomia janin (janin besar)
Peregangan uterus yang berlebihan karena sebab-sebab tersebut akan mengakibatkan uterus tidak mampu berkontraksi segera setelah plasenta lahir.
b)    Pemanjangan masa persalinan (partus lama) dan sulit
Pada partus lama uterus dalam kondisi yang sangat lelah, sehingga otot-otot rahim tidak mampu melakukan kontraksi segera setelah plasenta lahir.
c)    Grandemulitpara (paritas 5 atau lebih)
Kehamilan seorang ibu yang berulang kali, maka uterus juga akan berulang kali teregang. Hal ini akan menurunkan kemampuan berkontraksi dari uterus segera setelah plasenta lahir.
d)     Kehamilan dengan mioma uterus
Mioma yang paling sering menjadi penyebab perdarahan post partum adalah mioma intra mular, dimana mioma berada di dalam miometrium sehingga akan menghalangi uterus berkontraksi.
e)      Persalinan buatan (SC, Forcep dan vakum ekstraksi)
Persalinan buatan mengakibatkan otot uterus dipaksa untuk segera mengeluarkan buah kehamilan dengan segera sehingga pada pasca salin menjadi lelah dan lemah untuk berkontraksi.
f)       Persalinan lewat waktu
Peregangan yang berlebihan ada otot uterus karena besarnya kehamilan, ataupun juga terlalu lama menahan beban janin di dalamnya menjadikan otot uterus lelah dan lemah untuk berkontraksi.
g)      Infeksi intrapartum
Korioamnionitis adalah infeksi dari korion saat intrapartum yang potensial akan menjalar pada otot uterus sehingga menjadi infeksi dan menyebabkan gangguan untuk melakukan kontraksi.
h)      Persalinan yang cepat
Persalinan cepat mengakibatkan otot uterus dipaksa untuk segera mengeluarkan buah kehamilan dengan segera sehingga pada pasca salin menjadi lelah dan lemah untuk berkontraksi.
i)        Kelainan plasenta
Plasenta akreta, plasenta previa dan plasenta lepas prematur mengakibatkan gangguan uterus untuk berkontraksi. Adanya benda asing menghalangi kontraksi yang baik untuk mencegah terjadinya perdarahan.
j)        Anastesi atau analgesik yang kuat
Obat anastesi atau analgesi dapat menyebabkan otot uterus menjadi dalam kondisi relaksasi yang berlebih, sehingga saat dibutuhkan untuk berkontraksi menjadi tertunda atau terganggu. Demikian juga dengan magnesium sulfat yang digunakan untuk mengendalikan kejang pada preeklamsi/eklamsi yang berfungsi sebagai sedativa atau penenang.
k)      Induksi atau augmentasi persalinan
Obat-obatan uterotonika yang digunakan untuk memaksa uterus berkontraksi saat proses persalinan mengakibatkan otot uterus menjadi lelah.
l)        Penyakit sekunder maternal
Anemia, endometritis, kematian janin dan koagulasi intravaskulere diseminata merupakan penyebab gangguan pembekuan darah yang mengakibatkan tonus uterus terhambat untuk berkontraksi.
Atonia Uteri juga dapat timbul karena salah penanganan kala III persalinan, dengan memijat uterus dan mendorongnya ke bawah dalam usaha melahirkan plasenta, sedang sebenarnya belum terlepas dari uterus.
Menurut Roestman (1998), faktor predisposisi terjadinya Atonia Uteri adalah :
1. Umur : umur yang terlalu muda atau tua
2. Paritas : sering dijumpai pada multipara dan grademultipara
3. Obstetri operatif dan narkosa
4. Uterus terlalu diregang dan besar, pada gemeli, hidramnion, atau janin besar
5. Kelainan pada uterus seperti mioma uteri
6. Faktor sosio ekonomi yaitu mal nutrisi

2.3            Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala atonia uteri adalah:
a)    Perdarahan pervaginam
Perdarahan yang terjadi pada kasus atonia uteri sangat banyak dan darah tidak merembes. Yang sering terjadi adalah darah keluar disertai gumpalan, hal ini terjadi karena tromboplastin sudah tidak mampu lagi sebagai anti pembeku darah.
b)      Konsistensi rahim lunak
Gejala ini merupakan gejala terpenting/khas atonia dan yang membedakan atonia dengan penyebab perdarahan yang lainnya.
c)      Fundus uteri naik
Disebabkan adanya darah yang terperangkap dalam cavum uteri dan menggumpal
d)     Terdapat tanda-tanda syok
Tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain.

2.4            Patofisiologi
Perdarahan postpartum bisa dikendalikan melalui kontraksi dan retraksi serat-serat myometrium. Kontraksi dan retraksi ini menyebabkan terlipatnya pembuluh-pembuluh darah sehingga aliran darah ke tempat plasenta menjadi terhenti. Kegagalan mekanisme akibat gangguan fungsi myometrium dinamakan atonia uteri dan keadaan ini menjadi penyebab utama perdarahan postpartum. Sekalipun pada kasus perdarahan postpartum kadang-kadang sama sekali tidak disangka atonia uteri sebagai penyebabnya, namun adanya faktor predisposisi dalam banyak hal harus menimbulkan kewaspadaan perawat terhadap gangguan tersebut.
           

Konsep Asuhan Kebidanan

Tanggal MRS :                                                                        Jam:
Tanggal Pengkajian :                                                               No. RM:
Oleh :                                                                                      Tempat Pengkajian:

3.1 PENGKAJIAN
A.   Data Subjektif
1.      Biodata
Nama ibu              :                                               Nama suami    :
Umur                    :
Menurut Roestman (1998), faktor predisposisi terjadinya Atonia Uteri adalah umur ibu yang terlalu muda atau terlalu tua
                                                                             Umur               :
Agama                  :                                               Agama             :
Suku                     :                                               Suku                :
Pendidikan           :                                               Pendidikan      :
Pekerjaan              :
Menurut Roestman (1998), faktor predisposisi terjadinya Atonia Uteri juga disebabkan karena faktor sosio ekonomi yang rendah (malnutrisi).
Alamat                 :                                               Alamat                        :
2.      Keluhan utama
Ibu mengatakan bahwa kepalanya terasa pusing pasca melahirkan
3.      Riwayat menstruasi
Menarche : umur berapa pasien pertama kali menstruasi, siklus haid teratur apa tidak, berapa hari lamanya haid, bagaimana warna dan konsiste.nsinya (cair atau menggumpal), bagaimana baunya, apakah merasa nyeri atau tidak saat haid, bila “iya”, kapan? (apakah sebelum, apakah sesudah haid), keputihan atau tidak, banyak atau tidak, konsistensinya, bagaimana warna, bau atau tidak, gatal atau tidak.

4.      Riwayat obtetri yang lalu
Adanya riwayat atonia uteri pada persalinan yang lalu.
No
Kehamilan
Persalinan
Nifas
KB

Suami
Ke
UK
Penyu
lit
Jenis
JK
BB
  PB
H/M
Penyulit
Penolong
Penyulit
ASI
Metode

















Atonia uteri sering terjadi pada multipara dan grademultipara. Selain itu riwayat kehamilan seperti gemeli, polihidramnion, atau janin besar juga dapat menyebabkan atonia uteri karena uterus terlalu diregang dan besar.
5.      Riwayat kesehatan sekarang
Ibu pernah menderita penyakit diabetes, hipertensi, mioma uteri dan riwayat atonia uteri sebelumnya.
6.      Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu pernah menderita penyakit diabetes, hipertensi, mioma uteri dan riwayat atonia uteri sebelumnya.
7.      Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga Ibu pernah menderita penyakit diabetes, hipertensi, mioma uteri dan riwayat atonia uteri sebelumnya.
8.      Pola kebiasaan sehari-hari
a.       Pola Nutrisi : Pada pola nutrisi Ibu yang tidak adekuat (malnutrisi) dapat menyebabkan atonia Uteri
b.      Pola Istirahat :
c.       Pola Eliminasi :
d.      Pola Seksual :
e.       Pola Kebersihan :

B.  DATA OBJEKTIF
1.      Pemeriksaan umum
Tingkat kesadaran : menurun, pucat, keringat dingin, sesak nafas
Keadaan umum : lemah
TD : <90 MMhg
N : > 100/menit

2.      Pemeriksaan fisik
a.       Muka : pucat
b.      Mata : anemis
c.       Mulut + bibir : mukosa bibir kering atau pucat
d.      Dada : ada retraksi dada
e.       Abdomen : uterus tidak berkontraksi dan lembek
f.       Genetalia : terdapat perdarahan segar dan banyak
g.      Ekstremitas: akral dingin
3.      Pemeriksaan penunjang
1.      Darah lengkap untuk mengetahui kondisi pasien secara detail dan menentukan terapi yang dibutuhkan
2.      Dari pemeriksaan USG terdapat hasil dari sisa-sisa kehamilan

3.3       ASSASMENT
G.....P…A…jam post partum dengan atonia uteri
Masalah : ibu merasa cemas
Kebutuhan tindakan segera :
1.      Perbaiki k/u ibu (pasang infus),
2.      hentikan perdarahan,
3.      segera rujuk kefasilitas yang lebih tinggi
3.4       PLANNING
1.      sikap Trendelenburg, memasang venous line, dan memberikan oksigen
2.      sekaligus merangsang kontraksi uterus dengan cara:
a)      Masase fundus uteri dan merangsang puting susu.
b)      Pemberian oksitosin dan turunan ergot melalu suntikan secara iM, iv, sc.
c)      memberikan derivat prostaglandin F2ɑ ( carboprost tromethamine)
d)     pemberian misoprostol 800-1000 µg per-rektal
e)      kompresi bimanual eksternal dan / internal.
f)       kompresi aorta abdominalis
g)      pemasangan “ tampon kondom” , kondom dalam kavum uteri disambung dengan kateter, difiksasi dengan karet gelang dan diisi cairan infus 200 ml yang akan mengurangi perdarahan dan menghindari tindakan operatif





BAB 3
PENUTUP

3.1     Kesimpulan
a)   Atonia uteri adalah kegagalan mekanisme akibat gangguan miometrium atau uterus tidak berkontraksi secara terkoordinasi sehingga ujung pembuluh darah ditempat implantasi placenta tidak dapat dihentikan sehingga perdarahan menjadi tidak terkendali.
b)   Beberapa faktor penyebab atonia uteri yaitu;
Ø  Faktor yang menyebabkan uterus membesar lebih dari normal selama kehamilan termasuk polihydramnion, kehamilan gemeli dan janin besar (makrosomia).
Ø  Kala I dan/atau II persalinan yang memanjang.
Ø  Persalinan cepat.
Ø  Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosyn (augmentasi)
Ø   Infeksi intra partum
Ø  Multiparitas tinggi atau grandemultipar 

0 komentar:

Posting Komentar