BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Latar Belakang Perdarahan merupakan penyebab kematian nomor satu (40 - 60%)
kematian ibumelahirkan di Indonesia. Insiden pendarahan akibat persalinan salah
satunya disebabkan olehatonia uteri. Perdarahan postpartum adalah sebab penting
kematian ibu ; ¼ dari kematian ibuyang disebabkan oleh perdarahan (perdarahan
postpartum, atonia uteri, plasenta previa,solution plasenta, kehamilan ektopik,
abortus dan ruptura uteri) disebabkan oleh perdarahanpostpartum. Atonia uteri
merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%),dan merupakan
alasan paling sering untuk melakukan histerektomi peripartum. Kontraksiuterus
merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan.Atonia
uteri terjadi karena kegagalan mekanisme ini. Indonesia tercatat sebagai
negaradengan angka kematian maternal yang masihtinggi. Selain faktor kemiskinan
dan masalah aksesiblitas penanganan kelahiran, 75%hingga 85% kematian maternal
disebabkan obstetri langsung, terutama akibat perdarahan. Padahal 90% dari
kematian itu bisa dihindari. Walau kebanyakan ibusudah memeriksakan
kehamilannya di pusat pelayanan kesehatan secara teratur, namun70% persalinan
masih terjadi dirumah. Masalahnya, sangat sedikit pihak yangmengetahui
diagnosis dan pengelolaan perdarahan akibat keadaan darurat ini.Jika saja hal
ini bisa dilakukan, bukan mustahil angka kematian ibu dapat ditekan.
Frekuensi perdarahan postpartum 4/5 – 15% dari seluruh persalinan.
Bedasarkanpenyebabnya: 1. Atoni uteri (50 – 60%). 2. Retensio plasenta (16 –
17%). 3. Sisa plasenta (23 – 24%). 4. Laserasi jalan lahir (4 – 5%). Oleh
karena itu, sebagai bidan penulis cukup prihatin terhadap masalah ini,
sehinggaperlu dibahas dan dicarikan solusi yang tepat dalam menangani kasus
atonia uteri ini.
1.2
Rumusan Masalah
a)
Apa pengertian dari atonia
uteri?
b)
Penyebab apa saja yang dapat
menyebabkan terjadinya atonia uteri?
c)
Apa saja tanda dan gejala
atonia uteri?
d)
Bagaimana patofiologi dari
atonia uter?
e)
Komplikasi apa saja yang dapet
terjadi pada atonia uteri?
f)
Bagaimana konsep kebidanan pada
atonia uteri?
1.3
Tujuan
1.3.1
Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami
tentang atonia uteri dan penatalaksanaan dari atonia uteri
1.3.2
Tujuan Khusus
a. Untuk memahami pengertian atonia uteri
b.Untuk
mengetahui penyebab dari atonia uteri
c. Untuk mengetahui tanda dan gejala atonia uteri
d.
Untuk mengetahui dan memahami
atonia uteri
e. Umtuk mengetahui komplikasi dari atonia uteri
f. Untuk memahami cara membuat asuhan atonia uteri
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Atonia Uteri adalah suatu kondisi dimana Myometrium tidak dapat
berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat
melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali. (Apri, 2007).
Atonia uteria
(relaksasi otot uterus) adalah Uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah
dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir). (JNPKR, Asuhan
Persalinan Normal, Depkes Jakarta ; 2002).
Atonia Uteri
didefinisikan sebagai suatu kondisi kegagalan uterus dalam berkontraksi dengan
baik setelah persalinan, sedangkan atonia uteri juga didefinisikan sebagai
tidak adanya kontraksi uterus segera setelah plasenta lahir.
Sebagian besar
perdarahan pada masa nifas (75-80%) adalah akibat adanya atonia uteri.
Sebagaimana kita ketahui bahwa aliran darah uteroplasenta selama masa kehamilan
adalah 500-800 ml/menit, sehingga bisa kita bayangkan ketika uterus itu tidak
berkontraksi selama beberapa menit saja, maka akan menyebabkan kehilangan darah
yang sangat banyak. Sedangkan volume darah manusia hanya berkisar 5-6 liter
saja.
2.2
Etiologi
Dalam kasus atonia
uteri penyebabnya belum diketahui dengan pasti. Namun demikian ada beberapa
faktor predisposisi yang biasa dikenal. Antara lain:
a) Distensi rahim yang berlebihan
Penyebab
distensi uterus yang berlebihan antara lain:
a. kehamilan ganda
b. poli hidramnion
c. makrosomia janin
(janin besar)
Peregangan uterus
yang berlebihan karena sebab-sebab tersebut akan mengakibatkan uterus tidak
mampu berkontraksi segera setelah plasenta lahir.
b) Pemanjangan masa persalinan
(partus lama) dan sulit
Pada partus lama
uterus dalam kondisi yang sangat lelah, sehingga otot-otot rahim tidak mampu
melakukan kontraksi segera setelah plasenta lahir.
c) Grandemulitpara (paritas 5 atau
lebih)
Kehamilan seorang ibu
yang berulang kali, maka uterus juga akan berulang kali teregang. Hal ini akan
menurunkan kemampuan berkontraksi dari uterus segera setelah plasenta lahir.
d) Kehamilan dengan mioma uterus
Mioma yang paling
sering menjadi penyebab perdarahan post partum adalah mioma intra mular, dimana
mioma berada di dalam miometrium sehingga akan menghalangi uterus berkontraksi.
e) Persalinan buatan (SC, Forcep dan vakum ekstraksi)
Persalinan buatan
mengakibatkan otot uterus dipaksa untuk segera mengeluarkan buah kehamilan
dengan segera sehingga pada pasca salin menjadi lelah dan lemah untuk
berkontraksi.
f) Persalinan lewat waktu
Peregangan yang
berlebihan ada otot uterus karena besarnya kehamilan, ataupun juga terlalu lama
menahan beban janin di dalamnya menjadikan otot uterus lelah dan lemah untuk
berkontraksi.
g) Infeksi intrapartum
Korioamnionitis
adalah infeksi dari korion saat intrapartum yang potensial akan menjalar pada
otot uterus sehingga menjadi infeksi dan menyebabkan gangguan untuk melakukan
kontraksi.
h) Persalinan yang cepat
Persalinan cepat
mengakibatkan otot uterus dipaksa untuk segera mengeluarkan buah kehamilan
dengan segera sehingga pada pasca salin menjadi lelah dan lemah untuk
berkontraksi.
i)
Kelainan plasenta
Plasenta akreta,
plasenta previa dan plasenta lepas prematur mengakibatkan gangguan uterus untuk
berkontraksi. Adanya benda asing menghalangi kontraksi yang baik untuk mencegah
terjadinya perdarahan.
j)
Anastesi atau analgesik yang kuat
Obat anastesi atau
analgesi dapat menyebabkan otot uterus menjadi dalam kondisi relaksasi yang
berlebih, sehingga saat dibutuhkan untuk berkontraksi menjadi tertunda atau
terganggu. Demikian juga dengan magnesium sulfat yang digunakan untuk
mengendalikan kejang pada preeklamsi/eklamsi yang berfungsi sebagai sedativa
atau penenang.
k) Induksi atau augmentasi persalinan
Obat-obatan
uterotonika yang digunakan untuk memaksa uterus berkontraksi saat proses
persalinan mengakibatkan otot uterus menjadi lelah.
l)
Penyakit sekunder maternal
Anemia, endometritis,
kematian janin dan koagulasi intravaskulere diseminata merupakan penyebab gangguan
pembekuan darah yang mengakibatkan tonus uterus terhambat untuk berkontraksi.
Atonia Uteri juga dapat timbul karena salah penanganan kala III
persalinan, dengan memijat uterus dan mendorongnya ke bawah dalam usaha
melahirkan plasenta, sedang sebenarnya belum terlepas dari uterus.
Menurut Roestman (1998), faktor predisposisi terjadinya Atonia Uteri
adalah :
1. Umur : umur yang terlalu muda atau tua
2. Paritas : sering dijumpai pada multipara dan grademultipara
3. Obstetri operatif dan narkosa
4. Uterus terlalu diregang dan besar, pada gemeli, hidramnion, atau
janin besar
5. Kelainan pada uterus seperti mioma uteri
6. Faktor sosio ekonomi yaitu mal nutrisi
2.3
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala
atonia uteri adalah:
a) Perdarahan pervaginam
Perdarahan yang terjadi
pada kasus atonia uteri sangat banyak dan darah tidak merembes. Yang sering
terjadi adalah darah keluar disertai gumpalan, hal ini terjadi karena
tromboplastin sudah tidak mampu lagi sebagai anti pembeku darah.
b) Konsistensi rahim lunak
Gejala ini merupakan
gejala terpenting/khas atonia dan yang membedakan atonia dengan penyebab
perdarahan yang lainnya.
c) Fundus uteri naik
Disebabkan adanya
darah yang terperangkap dalam cavum uteri dan menggumpal
d) Terdapat tanda-tanda syok
Tekanan darah rendah,
denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain.
2.4
Patofisiologi
Perdarahan
postpartum bisa dikendalikan melalui kontraksi dan retraksi serat-serat
myometrium. Kontraksi dan retraksi ini menyebabkan terlipatnya
pembuluh-pembuluh darah sehingga aliran darah ke tempat plasenta menjadi
terhenti. Kegagalan mekanisme akibat gangguan fungsi myometrium dinamakan
atonia uteri dan keadaan ini menjadi penyebab utama perdarahan postpartum.
Sekalipun pada kasus perdarahan postpartum kadang-kadang sama sekali tidak
disangka atonia uteri sebagai penyebabnya, namun adanya faktor predisposisi
dalam banyak hal harus menimbulkan kewaspadaan perawat terhadap gangguan
tersebut.
Konsep
Asuhan Kebidanan
Tanggal
MRS : Jam:
Tanggal
Pengkajian : No.
RM:
Oleh
: Tempat
Pengkajian:
3.1
PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1.
Biodata
Nama ibu : Nama
suami :
Umur :
Menurut Roestman
(1998), faktor predisposisi terjadinya Atonia Uteri adalah umur ibu yang terlalu muda atau terlalu tua
Umur :
Agama : Agama :
Suku : Suku :
Pendidikan : Pendidikan :
Pekerjaan :
Menurut Roestman
(1998), faktor predisposisi terjadinya Atonia Uteri juga disebabkan karena faktor sosio ekonomi yang rendah
(malnutrisi).
Alamat : Alamat :
2.
Keluhan utama
Ibu mengatakan bahwa kepalanya terasa pusing pasca melahirkan
3.
Riwayat menstruasi
Menarche : umur berapa
pasien pertama kali menstruasi, siklus haid teratur apa tidak, berapa hari
lamanya haid, bagaimana warna dan konsiste.nsinya (cair atau menggumpal),
bagaimana baunya, apakah merasa nyeri atau tidak saat haid, bila “iya”, kapan?
(apakah sebelum, apakah sesudah haid), keputihan atau tidak, banyak atau tidak,
konsistensinya, bagaimana warna, bau atau tidak, gatal atau tidak.
4.
Riwayat obtetri yang
lalu
Adanya riwayat atonia uteri pada persalinan yang lalu.
No
|
Kehamilan
|
Persalinan
|
Nifas
|
KB
|
||||||||||
Suami
Ke
|
UK
|
Penyu
lit
|
Jenis
|
JK
|
BB
PB
|
H/M
|
Penyulit
|
Penolong
|
Penyulit
|
ASI
|
Metode
|
|||
Atonia uteri sering terjadi pada multipara dan grademultipara.
Selain itu riwayat kehamilan seperti gemeli, polihidramnion, atau janin besar
juga dapat menyebabkan atonia uteri karena uterus terlalu diregang dan besar.
5. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu pernah menderita penyakit diabetes, hipertensi, mioma
uteri dan riwayat atonia uteri sebelumnya.
6. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu pernah menderita penyakit diabetes, hipertensi, mioma
uteri dan riwayat atonia uteri sebelumnya.
7. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga Ibu pernah menderita penyakit diabetes, hipertensi,
mioma uteri dan riwayat atonia uteri sebelumnya.
8. Pola kebiasaan sehari-hari
a.
Pola Nutrisi : Pada pola nutrisi Ibu yang tidak adekuat (malnutrisi)
dapat menyebabkan atonia Uteri
b.
Pola Istirahat :
c.
Pola Eliminasi :
d.
Pola Seksual :
e.
Pola Kebersihan :
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Tingkat kesadaran : menurun, pucat, keringat dingin, sesak nafas
Keadaan umum :
lemah
TD :
<90 MMhg
N : > 100/menit
2. Pemeriksaan fisik
a.
Muka : pucat
b.
Mata : anemis
c.
Mulut + bibir : mukosa
bibir kering atau pucat
d.
Dada : ada retraksi dada
e.
Abdomen : uterus tidak berkontraksi dan lembek
f.
Genetalia : terdapat perdarahan segar dan banyak
g.
Ekstremitas: akral dingin
3. Pemeriksaan penunjang
1.
Darah lengkap untuk
mengetahui kondisi pasien secara detail dan menentukan terapi yang dibutuhkan
2.
Dari pemeriksaan USG
terdapat hasil dari sisa-sisa kehamilan
3.3 ASSASMENT
G.....P…A…jam post partum dengan atonia uteri
Masalah : ibu merasa cemas
Kebutuhan tindakan segera :
1.
Perbaiki k/u ibu
(pasang infus),
2.
hentikan perdarahan,
3.
segera rujuk kefasilitas
yang lebih tinggi
3.4 PLANNING
1. sikap Trendelenburg, memasang venous line, dan memberikan
oksigen
2. sekaligus merangsang kontraksi uterus dengan cara:
a)
Masase fundus uteri dan merangsang puting susu.
b)
Pemberian oksitosin dan turunan ergot melalu suntikan secara
iM, iv, sc.
c)
memberikan derivat
prostaglandin F2ɑ ( carboprost tromethamine)
d)
pemberian misoprostol
800-1000 µg per-rektal
e)
kompresi bimanual
eksternal dan / internal.
f)
kompresi aorta
abdominalis
g)
pemasangan “ tampon
kondom” , kondom dalam kavum uteri disambung dengan kateter, difiksasi dengan
karet gelang dan diisi cairan infus 200 ml yang akan mengurangi perdarahan dan
menghindari tindakan operatif
BAB 3
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
a)
Atonia uteri adalah kegagalan mekanisme
akibat gangguan miometrium atau uterus tidak berkontraksi secara terkoordinasi
sehingga ujung pembuluh darah ditempat implantasi placenta tidak dapat
dihentikan sehingga perdarahan menjadi tidak terkendali.
b)
Beberapa faktor penyebab atonia uteri
yaitu;
Ø Faktor yang
menyebabkan uterus membesar lebih dari normal selama kehamilan termasuk
polihydramnion, kehamilan gemeli dan janin besar (makrosomia).
Ø Kala I dan/atau II
persalinan yang memanjang.
Ø Persalinan cepat.
Ø Persalinan yang
diinduksi atau dipercepat dengan oksitosyn (augmentasi)
Ø Infeksi intra
partum
Ø Multiparitas
tinggi atau grandemultipar
0 komentar:
Posting Komentar